JAMBI.PILARDAERAH.COM — Direktur KKI Warsi, Adi Junaidi menyebut, dari analisis citra satelit yang dilakukan Divisi GIS/IT KKI Warsi, hutan Jambi menunjukkan pertumbuhan yang cukup membaik di tahun 2024. Namun, hutan Jambi terindikasi adanya ancaman terhadap ekologinya.
Diantaranya, kata dia, adanya lahan terbuka, akibat berbagai aktivitas tambang, baik legal maupun illegal, kebakaran hutan dan lahan serta adanya potensi kehilangan hutan dari konsesi perizinan yang saat ini masih ada tutupan hutannya.
Lahan terbuka yang terindikasi akibat tambang yang berada di dalam areal perizinan tercatat 13.454 ha, angka ini jauh lebih kecil dibandingkan yang berada di luar areal perizinan yang mencapai 54.146 ha.
“Lahan terbuka diluar perizinan ini terpantau didominasi oleh tambang emas tanpa izin yang tahun 2024 mencapai luas 52 ribu ha,” katanya belum lama ini.
Sedangkan kebakaran hutan dan lahan (karhutla), lanjutnya, juga masih terjadi dengan areal terindikasi kebakaran mencapai 10.229 ha. Dari angka ini terlihat bahwa 2.868 ha berada di areal Perizinan Berusaha Pemanfaatan Hutan (PBPH) dan 918 ha berada di areal perkebunan kelapa sawit.
Namun demikian secara keseluruhan karhutla 2024 jauh lebih rendah dibandingkan kejadian 2019 yang menghanguskan 126.487 ha hutan dan lahan.
“Dengan penurunan yang signifikan ini kita tentu patut mengapresiasi para pihak yang telah berupaya untuk menekan terjadinya kebakaran hutan dan lahan,” tutur Adi.
Terkait pertumbuhan hutan di Jambi, imbuhnya, terlhat sebesar 34 ribu hektar, yang tersebar di hutan konservasi, kawasan kelola masyarakat dan di areal perizinan pengelolaan hutan korporasi.
Disebutkannya, dengan melihat tren perubahan hutan Jambi yang di potret tim GIS KKI Warsi, diambil tahun 2000 sebagai baseline data dengan pikiran bahwa pasca reformasi terdapat sejumlah kebijakan terhadap sektor kehutanan. Tahun 2015 sebagai momentum dunia internasional dengan adanya perjanjian paris (Paris Agreement).
Dengan memperhitungkan baseline dan laju perubahan hutan Jambi secara real time yang dihitung terlihat bahwa ada upaya bersama yang memperlihatkan kinerja menghambat laju perubahan hutan Jambi cukup signifikan.
Dari data yang didapat, maka diperkirakan tahun 2042 hutan Jambi akan hilang, namun kini dengan adanya sejumlah kebijakan kehutanan dan adanya kesadaran yang sudah mulai terbangun bersama tren perubahan hutan ini bisa ditekan.
“Dengan melihat tren ini, kemampuan hutan Jambi mampu menghambat kehilangan hutan 315 ribu ha pada tahun 2024, dengan kemampuan ini kita juga mampu meningkatkan serapan karbon dioksida,” ujar Adi.
Dari analisis yang dilakukan, pertumbuhan hutan terlihat hampir di semua fungsi kawasan. Penurunan hutan yang terlihat di hutan produksi terbatas, sekitar 906 ha. “Selebihnya terlihat cukup nyata pertumbuhan tutupan hutan Jambi,” pungkasnya.
Komentar