Tiga SD di Renah Pembarap Krisis Air Bersih, Guru dan Siswa Terpaksa Angkut Air Dari Sungai 

MERANGIN.PILARDAERAH.COM — Kondisi memprihatinkan terjadi di tiga sekolah dasar di Kecamatan Renah Pembarap, Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi.

SDN 102/VI Merkeh, SDN 177/VI Marus Jaya, dan SDN 043/VI Guguk hingga kini masih berjuang dengan masalah krisis air bersih yang sudah berlangsung bertahun-tahun. Di tengah era pendidikan modern, fasilitas dasar seperti akses air bersih justru belum mereka dapatkan.

Ketiadaan sumber air membuat seluruh kebutuhan mandi, cuci, dan kakus (MCK) bergantung sepenuhnya pada sungai dan tampungan air hujan. Setiap hari, siswa bersama guru harus berjalan ke sungai terdekat untuk mengambil air, kemudian membawanya kembali ke sekolah menggunakan ember dan jeriken.

Rutinitas yang melelahkan ini terjadi pada Selasa (18/11/2025) dan sudah menjadi kebiasaan sejak lama.

Koordinator Wilayah Renah Pembarap, Guppy S.Pd, mengungkapkan keprihatinannya. Ia menegaskan bahwa krisis air benar-benar menghambat proses belajar mengajar.

“Ada tiga sekolah di wilayah kami yang hingga sekarang kekurangan air. Mereka hanya bisa mengandalkan air hujan dan air sungai,” ujarnya.

Guppy menjelaskan bahwa pembangunan sumur manual tidak memungkinkan karena kondisi geografis Renah Pembarap berada di dataran tinggi. Untuk mencapai sumber air tanah, pengeboran harus dilakukan hingga sedalam 16 meter.

“Kami sangat berharap pemerintah daerah dapat membantu dengan membangun sumur bor. Itu satu-satunya solusi yang realistis,” tegasnya.

Upaya sementara seperti memanfaatkan kamar mandi masjid dan rumah warga juga tidak lagi efektif. Sebagian warga dan wali murid mulai keberatan karena permintaan air untuk sekolah semakin sering dan dianggap membebani kebutuhan rumah tangga mereka.

Situasi ini, menurut para guru, semakin memperburuk kualitas pendidikan. Anak-anak yang seharusnya fokus belajar kini harus menghabiskan energi untuk mengangkut air. Ketika musim kemarau tiba, masalah menjadi lebih parah karena sumber air sungai menurun drastis.

Pihak sekolah menilai bahwa intervensi pemerintah sangat mendesak. Mereka berharap Dinas Pendidikan dan Pemerintah Kabupaten Merangin segera turun langsung untuk meninjau kondisi lapangan dan memberikan solusi permanen.

Pembangunan sumur bor dinilai menjadi langkah paling masuk akal untuk menjamin kelangsungan proses belajar mengajar tanpa mengorbankan kesehatan dan keselamatan siswa. Tanpa itu, aktivitas MCK akan terus bergantung pada sungai yang jaraknya cukup jauh dari sekolah.

Di akhir, para guru, siswa, dan jajaran koordinator wilayah menyampaikan harapan besar agar pemerintah membuka mata terhadap persoalan ini.

Mereka meminta agar krisis air bersih di tiga sekolah tersebut menjadi prioritas, demi masa depan pendidikan anak-anak di Renah Pembarap.