JAMBI.PILARDAERAH.COM – Kawasan eks lokalisasi prostitusi terbesar di Kota Jambi kini mengalami perubahan drastis. Dari yang dahulu identik dengan dunia malam, narkoba, dan hingar bingar diskotik, kini kawasan Pucuk, Payosigadung, Rawasari, menjelma menjadi pusat kegiatan religius dengan berdirinya Mushola Al-Arva.
Transformasi ini digagas oleh Wiwin AS, seorang wanita tangguh yang juga Ketua RT 05 sekaligus anak dari mantan pemilik pub di kawasan tersebut. Ia bertekad menghapus citra kelam daerahnya dengan menghadirkan cahaya iman. “Saya lahir di sini, jadi saya merasa bertanggung jawab untuk merubahnya,” ujar Wiwin, Senin (15/9/2025).
Mushola Al-Arva kini menjadi pusat aktivitas anak-anak di sekitar kawasan. Sekitar 50 anak rutin mengaji setiap hari, bahkan diarahkan menjadi penghafal Al-Qur’an (tahfidz). Suasana yang dulu dipenuhi dentuman musik malam, kini diganti dengan lantunan ayat suci Al-Qur’an.
Wiwin menuturkan, motivasi terbesar datang dari anaknya sendiri. Ia melihat sang buah hati lebih senang bermain dengan kubah mushola ketimbang mainan biasa. “Anak saya suka main kubah daripada mainan mobil-mobilan. Dari situlah saya semakin yakin untuk merubah tempat ini,” ungkapnya.
Meski begitu, perjuangan merubah wajah Pucuk tidaklah mudah. Wiwin mengaku pada awalnya banyak penolakan dari berbagai pihak. Namun dengan keyakinan kuat, ia terus berjuang dan bahkan mendatangkan guru tahfidz dari luar bekerja sama dengan rumah tahfidz. Semua kegiatan diberikan secara gratis tanpa pungutan biaya.
Kini, Mushola Al-Arva tidak hanya difungsikan sebagai tempat mengaji. Kegiatan Islami lainnya seperti hadroh, seni budaya Islam, hingga wisuda Hafiz Al-Qur’an juga telah digelar di lokasi yang dulunya terkenal sebagai pusat prostitusi.
Wiwin juga menyiapkan rencana besar ke depan. Kawasan tersebut akan dikembangkan menjadi wisata kuliner halal yang diharapkan mampu mengangkat ekonomi masyarakat setempat sekaligus memperkuat citra religius kawasan Pucuk.
Warga sekitar pun memberikan apresiasi atas upaya Wiwin. Salah seorang warga, Ahmad Solihin, menyebut langkah sang Ketua RT sebagai keberanian luar biasa. “Beliau sosok gigih, pejuang wanita yang bisa jadi pelopor kawasan anti narkoba dan prostitusi,” tutur wanita yang dikenal sebagai sebutan Ratu Jelantah ini.
Meski demikian, sebagian warga masih mengakui adanya praktik prostitusi terselubung di sejumlah titik. Mereka berharap pemerintah daerah memberi perhatian lebih, tidak hanya melalui razia sesaat, tetapi juga dengan pembinaan berkelanjutan.
Kisah perubahan ini menjadi simbol harapan baru di Jambi. Dari diskotik menjadi mushola, dari musik malam berganti lantunan ayat suci, Pucuk kini berdiri sebagai bukti nyata bahwa cahaya iman mampu menembus gelapnya masa lalu.