Destinasi Geopark Merangin Kondisimu Memprihatinkan 

MERANGIN.PILARDAERAH.COM – Destinasi Geopark Merangin yang berlokasi di Desa Air Batu dan Dusun Baru, Kecamatan Pemberap, Kabupaten Merangin, Jambi saat ini kondisinya cukup memprihatinkan. Padahal, sudah sejak lama Pemerintah Kabupaten Merangin telah mengajukan Geopark Merangin untuk menjadi bagian dari UNESCO Global Geopark.

Ironisnya, sarana promosi wisata yang menelan anggaran sekitar Rp9 miliar itu saat ini banyak mengalami kerusakan. Diantaranya yang terlihat, fasilitas tempat duduk, lantai, dek, atap hingga ditumbuhi semak belukar.

“Potensinya bagus, sayang sekali fasilitas belum mendukung, seperti infrastruktur dan lainnya. Kemudian sinyal juga tidak mendukung, padahal ini sangat penting,” ungkap Telly salah seorang pengunjung dari Jakarta belum lama ini.

Menurutnya, bila ini dikelola dengan baik akan menghasilkan PAD yang besar. “Kawasan wisata ini sangat butuh tower, karena sinyal sangat dibutuhkan untuk mengekspos apa yang ada di daerah ini,” katanya.

Warga Merangin, Erwin yang ikut berkunjung mengaku kecewa dengan kondisi destinasi wisata yang menjadi kebanggaan di wilayahnya tersebut.

Apalagi bila dibandingkan pengelolaan wisata desa di Kabupaten Kerinci dan Muarojambi oleh desa setempat, justru lebih baik dari Geopark Merangin.

“Yang saya tau, ini pengelolaan oleh pemerintah daerah, baik kabupaten, maupun provinsi. Pemerintah yang punya anggaran lebih besar dari desa. Tapi ternyata kalah dengan pengelolaan di desa, seperti di Muarojambi,” ungkapnya.

“Setahu saya, Taman Siti Rahma di Geopark Merangin ini menelan anggaran hingga Rp9 miliar kok hancur begitu?,” pungkasnya singkat.

Kepala Desa Air Batu, Sayudin mengakui bahwa faktor komunikasi menjadi salah satu terhambatnya informasi wisata Geopark Merangin.

“Desa Air Batu sangatlah terhambat komunikasi. Apa lagi saat ini, di desa ini sudah menjadi tempat wisata Geopark, ada arum jeramnya dan ada juga fosil-fosilnya,” ungkapnya.

Karena keinginan berkomunikasi, warga harus mendaki tempat yang dianggap paling tinggi guna mencari sinyal handphone.

“Kami sangat berharap kepada Pemerintah Kabupaten Merangin dan Provinsi Jambi agar bisa membantu memfasilitasi pembangunan Desa Air Batu,” imbuh Sayudin.

Harapan warga tidaklah berlebihan, lantaran beberapa waktu lalu, warga setempat jadi santapan harimau ketika mencari sinyal.

Meski kejadian tersebut membuat gempar Merangin dan Jambi khususnya, tapi hingga sekarang tidak ada tindak lanjutnya.

Dirinya sebagai kepala desa sedikit merasa malu lantaran pembangunan dan lingkungan ini sangatlah tidak memadai serta masih tidak teratur.

“Kami sangatlah malu dengan pengunjung-pengunjung dari luar dan manca negara yang sering ke Air batu. Tapi apalah daya terhadap atas kemampuan masyarakat di Desa Air Batu hanyalah sebatas itu. Kami meminta bantuan terhadap pemerintah untuk perbaiki masalah yang ada di Desa Air Batu,” ungkap Sayudin.

Salah seorang anggota DPRD Provinsi Jambi Izhar Majid yang mengunjungi lokasi destinasi Geopark Merangin mengatakan, APBD Provinsi Jambi dan Kabupaten Merangin saat ini terbatas. Termasuk adanya pemangkasan anggaran.

“Sangat minim pendanaannya. Harapan kita bisa dibantu pemerintah pusat untuk membuat tower-tower serta fasilitas lain untuk Geopark,” tandasnya singkat.

Dirinya juga berharap kepada media dapat membantu mengekspos wisata alam itu hingga akhirnya mendatangkan banyak wisatawan.

“Dengan masifnya pemberitaan di media online, diharapkan dapat membantu event-event Geopark yang akan datang dari UNESCO atau mendatangkan wisata mancanegara lain untuk meningkatkan pendapatan daerah,” ujar Majid.

Untuk diketahui, untuk menuju ke wisata Geopark Merangin di Desa Batu Air ini, diperlukan perjalanan menggunakan kendaraan sekitar tujuh jam atau jarak sekitar 280 km dari Kota Jambi.

Sementara untuk tiba di lokasi geopark, diperlukan waktu sekitar tiga jam dengan berjalan kaki atau menyusuri sungai dengan arung jeram.

Sedangkan berdasarkan situs Geopark Merangin, pengunjung bisa menemukan karakteristik batuan lebih dari 200 juta tahun lalu, khususnya tentang penemuan fosil flora Jambi sejak 1926.

Selain itu, pengunjung juga bisa menemukan hamparan karst dengan bentang alam yang bervariasi, baik exokarst maupun endokarst yang sama-sama memiliki jejak peninggalan kuno.

Sebetulnya, Kabupaten Merangin sudah sejak lama mengajukan Geopark Merangin untuk menjadi bagian dari UNESCO Global Geopark.

Menurut situs Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral RI yang tayang Kamis (25/2/2016), destinasi itu sudah diajukan ke UNESCO sejak 2014.

Saat itu pakar geopark dari UNESCO, Prof Guy Martini menilai Geopark Merangin masih belum memenuhi standar yang ditetapkan UNESCO.

Lantaran itu, Pemerintah Kabupaten Merangin kemudian menargetkan Geopark Merangin sudah diakui UNESCO pada September 2017, namun hingga kini belum terlaksana.

Geopark Merangin di Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi ini hingga kini masih disiapkan untuk menjadi UNESCO Global Geopark.

(azhari)

Komentar