Kondisi Geopark Merangin Meresahkan, Ini yang Dikeluhkan Kades 

MERANGIN.PILARDAERAH.COM – Gencar promosikan wisata Geopark Merangin, ternyata kondisinya meresahkan. Kades sampai malu, apalagi kedatangan pengunjung manca negara.

Hal ini terungkap saat kedatangan para wartawan yang tergabung di Ikatan Wartawan Online (IWO) ke Desa Air Batu, Minggu (11/9/2022).

Pengurus Pusat IWO, Provinsi dan 3 Pengurus Daerah dari Kabupaten Batanghari, Sarolangun, Merangin plus Bungo turun kesini.

Kemudian turut hadir, anggota DPRD Provinsi, Izhar Majid dalam rombongan tersebut.

Setelah Bendahara Umum PP IWO dan anggota DPRD, giliran Kepala Desa Air Batu, Sayudin angkat bicara.

“Desa Air Batu sangatlah terhambat komunikasi. Apa lagi saat ini desa tersebut tempat wisata Geopark, ada arum jeramnya dan ada juga fosil-fosilnya,” kata kades.

Sayangnya, desa tersebut tidak memiliki sinyal sampai-sampai mereka harus mendaki ke suatu tempat yang lebih tinggi.

“Kami sangat berharap kepada pemerintah Kabupaten Merangin dan Provinsi Jambi, harus membantu fasilitas pembangunan Desa Air Batu,” katanya.

Bukan berlebihan memang, lantaran kebutuhan sinyal ini ternyata punya cerita serius. Beberapa waktu lalu, warga setempat jadi santapan harimau ketika mencari sinyal.

Kejadian itu, terang saja membuat gempar Merangin bahkan Jambi.

Namun kemudian, tidak ada tindaklanjut dari hal itu. Buktinya, tidak ada fasilitas khusus untuk kebutuhan sinyal atas peristiwa itu atau sebagai dukungan pada Geopark Merangin yang menjadi destinasi wisata.

Kemudian, soal pembangunan dan lingkungan ini sangatlah tidak memadai dan tidak teratur.

“Kami sangatlah malu dengan pengunjung-pengunjung dari luar dan manca negara yang sering ke Air batu. Tapi apalah daya terhadap atas kemampuan masyarakat di Desa Air Batu hanyalah sebatas itu,” ungkap kades.

“Kami meminta bantuan terhadap Pemerintah untuk perbaiki masalah yang ada di Desa Air Batu,” katanya.

Plt Ketua IWO Provinsi Jambi juga menyayangkan kondisi wisata tersebut. Pasalnya, saat menjamu Bendum PP IWO dan anggota dewan itu, malah kondisinya tak terawat.

“Saya jadi gelagapan saat para wartawan dari IWO Batanghari, Sarolangun dan sejumlah wartawan dari Bungo melihat kondisi Taman Siti Rahma ini. Sebagai putra Merangin, saya malu,” kata Erwin Majam.

Hobi traveling, Erwin Majam tentu kecewa dengan kondisi tersebut. Ia membandingkan pengelolaan wisata desa di Kerinci dan Muaro Jambi oleh desa setempat, justru lebih baik dari Geopark Merangin.

“Yang saya tau, ini pengelolaan oleh pemerintah daerah, baik kabupaten, maupun provinsi. Pemerintahan yang punya anggaran lebih besar dari desa. Tapi ternyata kalah dengan pengelolaan di desa seperti di Muaro Jambi,” katanya.

“Apalagi Taman Siti Rahma yang menelan anggaran Rp 9 Milyar kok hancur begitu?,” pungkasnya atas pembangunan pada 2019 lalu itu.

Komentar