MERANGIN.PILARDAERAH.COM – Seorang siswa SMPN 20 Satu Atap, Sungai Tebal, Desa Tuo, Kecamatan Lembah Masurai, Kabupaten Merangin meninggal dunia setelah ditusuk kakak kelasnya.
Hingga saat ini Belum diketahui pasti kronologis kejadian tersebut, namun korban bernama Irfan Rivai (13), siswa kelas II SMP itu meninggal dunia setelah dibawa ke Rumah Sakit Kolonel Abunjani Bangko.
Ketua Lembaga Adat Desa Sungai Tebal Yurani saat dikonfirmasi mengatakan, jika kejadian tersebut terjadi dalam lingkungan sekolah korban.
“Yang kami tahu anaknya baik, kalau ada masalah saya rasa dak mungkin. Karena dia murid yang pintar. Jugo dak pernah neko – neko almarhum itu. Kalau kejadian disebabkan apa kami belum tahu pasti, soalnya kejadianya dalam lingkungan sekolah,” ungkap Yurani yang juga tetangga korban.
Dirinya sangat menyayangkan terjadi penusukan tersebut, selain dirinya menilai adanya kelalaian yang dilakukan guru dan pihak sekolah.
“Seharusnya guru harus tau kalau ada murid yang membawa senjata tajam. Belum sempat penanganan korban sudah meninggal sekitar pukul 14.00 wib tadi,”sebutnya.
Sementara itu salah satu guru Ektra Kurikuler Yuda Pitrade yang ikut mengantar korban kerumah sakit menerangkan jika pelaku tersebut bernama Jay berkisar umur 14 tahun.
“Tadi sudah diamankan pihak kepolisian dari polsek Masurai. Pelaku ini saya belum kenal betul, karena baru tiga hari pindah kesekolah ini. Sebelumnya pelaku ini diketahui pindahan dari Bengkulu. Tadi korban sempat kita bawa dulu ke klinik Sungai Tebal,”ungkapnya.
“Saya tidak tahu juga kejadian seperti apa, waktu kejadian saya masih pulang kerumah, setelah kembali ke kantor saya lihat murid sudah panik. Ada yang bilang ada yang ditusuk, habis itu langsung saya bawa pakai motor ke klinik,”jelasnya.
Sementara itu Bidan Maryani kepala klinik Sungai tebal mengaku, kondisi awal saat dibawa ke klinik korban terlihat kondisinya masih baik.
Hal itu terlihat saat korban menuju ke klinik dari motor masih bisa jalan sendiri, bahkan saat mau diantar ke Rumah sakit Bangko, korban juga masih jalan kaki menuju mobil ambulance klinik.
“Saar dalam perjalanan saya lihat kondisinya menurun, karena terlihat beberapa kali dia bilang ke ibunya kalau tidak sampai dia minta maaf ke orang tuanya,”sebut Maryani.
Namun nyawanya tidak bisa tertolong, beberapa saat setelah mendapatkan perawatan di RSUD Kolonel Abunjani Bangko harus mengembuskan napas terakhir.
“Kalau darah tidak terlalu banyak keluar. Tapi tadi saya tanya dokter yang menangani, kata mereka pembulu darahnya pecah kedalam, jadi darahnya masuk kedalam tubuh,”pungkasnya.
Komentar