JAMBI.PILARDAERAH.COM – Aksi unjuk rasa di Gedung DPRD Provinsi Jambi pada Jumat (29/8/2025) berakhir anarkis sehingga meninggalkan kerusakan parah pada sejumlah fasilitas gedung.
Akibat insiden tersebut diperkirakan mencapai Rp2,6 miliar.
Ketua DPRD Provinsi Jambi, M Hafiz Fattah, membenarkan adanya laporan resmi terkait nilai kerugian. “Sekitar Rp2,6 miliar, berdasarkan laporan Sekwan kepada kami. Namun detail rinciannya masih dalam pendataan,” ungkapnya, Senin (1/9/2025).
Hafiz juga menyesalkan serta prihatin dan rasa duka mendalam atas terjadinya peristiwa tersebut. Ia berharap masyarakat Jambi tetap mengedepankan ketertiban dan menjaga kondusifitas daerah di tengah dinamika penyampaian aspirasi.
“Kami membuka ruang dialog bagi masyarakat yang ingin menyampaikan aspirasi. DPRD akan mengawal aspirasi tersebut sesuai mekanisme yang berlaku. Kita tidak ingin ada korban jiwa di Jambi,” tegas Hafiz.
Dia menambahkan, pihak DPRD sebenarnya sudah menyiapkan pertemuan langsung dengan massa aksi pada hari kejadian. Namun langkah itu terpaksa ditunda karena situasi lapangan tidak memungkinkan.
“Sejak awal kami sudah berada di gedung DPRD untuk menemui massa, tetapi kondisi ricuh membuat hal itu tidak bisa dilakukan,” jelasnya.
Sebelumnya, aksi demonstrasi besar-besaran yang digelar mahasiswa dan masyarakat di Gedung DPRD Provinsi Jambi, Jumat (29/8/2025), berakhir dengan kericuhan.
Massa yang semula berorasi menuntut keadilan justru melakukan perusakan sejumlah fasilitas umum hingga menyebabkan situasi Kota Jambi mencekam.
Kerusuhan dipicu oleh penolakan terhadap kenaikan gaji anggota DPRD Provinsi Jambi serta buntut kematian seorang driver ojek online yang terlindas kendaraan taktis Brimob di Jakarta. Aksi yang berlangsung sejak siang usai salat Jumat itu terus berlanjut hingga Sabtu dini hari.
Massa yang awalnya berorasi damai, mendadak merangsek ke dalam kompleks DPRD Jambi. Pagar depan gedung jebol, kaca depan dan samping hancur, bahkan sejumlah pintu berhasil didobrak. CCTV di pintu masuk juga ikut dirusak oleh demonstran yang tidak terkendali.
Terpisah, Polresta Jambi berhasil mengamankan 17 orang yang diduga terlibat dalam aksi perusakan di kawasan perkantoran Telanaipura. Mirisnya, seluruh yang ditangkap ternyata masih berstatus anak di bawah umur.
Kasi Humas Polresta Jambi, Ipda Deddy Haryadi, membenarkan penangkapan tersebut. Ia menyebutkan, para remaja itu diamankan sebelum peristiwa pembakaran mobil di halaman Kejaksaan Tinggi (Kejati) Jambi.
“Dari hasil interogasi, rata-rata mereka mengaku hanya ikut-ikutan ramai tanpa tahu tujuan sebenarnya,” ujar Deddy.
Disamping itu, polisi juga memastikan tidak menemukan barang bukti berupa kayu, senjata tajam, atau benda berbahaya lainnya.