JAMBI.PILARDAERAH.COM — Beni Sutrisno, warga Jalan Angentaka-Kutri, Perum Griya Alam Fajar, Block A, No 8, Abiansemal, Bali tidak mengira bila olahan tempe yang dibuatnya bisa digemari para turis.
Bagaimana tidak, bule-bule tersebut selain menikmati renyahnya tempe juga ikut membuat tempe di tempatnya. Bahkan Beni berniat, tempe yang selama ini menjadi makanan tradisional bisa menjadi go internasional.
“Harapannya bisa go internasional, kemudian bisa bikin pabrik dan bisa ekspor juga,” tandas Beni.
Dirinya tidak menyangka bila olahannya bisa digemari lidah pelancong dari luar negeri. Padahal, awalnya hanya tugas kuliah.
“Saat kuliah tahun 2016 ada tugas kuliah membuat tempe. Selanjutnya bertahan hingga 8 tahun,” ujarnya.
Ditambahkannya, saat ini sudah produksi untuk dijual. “Bisa cek di Tokopedia Tempeman Official. Penjualan selain area Bali dan Jakarta,” imbuhnya.
“Kita juga membuat kelas buat tempe. Diplomasi budaya melalui tempe ini maksudnya memperkenalkan kuliner budaya Indonesia ke warga asing karena di sini banyak turis,” katanya.
Menurutnya, apa yang dikerjakan mendapatkan apresiasi dari para turis asing tersebut.
“Tanggapannya bagus, bahkan bule-bule itu jauh-jauh datang ke sini kontak kita untuk belajar membuat tempe,” ucap Beni.
Terkait bahan, katanya, tidak masalah karena bahan tempenya 100 persen pakai kedelai lokal. “Karyawannya ada 14 orang, termasuk saya”.
Karena eksisnya di kuliner tradisional, pada tahun 2021 lolos di 12 nasional penerima Apresiasi Satu Indonesia Awards (SIA) oleh PT Astra Internasional Tbk.
“Pihak Astra senang, bangga karena produksi tempe tetap eksis hingga 8 tahun. Bahkan semakin berkembang,” imbuh Beni.
Tidak sampai disitu, dirinya berencana membuka restoran dengan menu tempe hingga go internasional.
“Sekarang membuka restoran dengan menu tempe. Rencananya pada November akan membuka,” tukasnya.
Dia menjelaskan, akan ada aneka menu dari tempe dari rasa original hingga rasa yang menggugah selera.
Komentar