Peduli Kesehatan Santri Pesantren, Dokter Muda ini Penerima Apresiasi Satu Indonesia Awards 2019

JAMBI.PILARDAERAH.COM — Dokter muda Muhammad Afifi tidak menduga apa yang dilakukan bersama rekannya dalam menebar pesan kebersihan ke pesantren mendapatkan apresiasi dari PT Astra Internasional Tbk.

Pada tahun 2019 lalu Gerakan Pesantren Sehat (GPS) yayasan sosial kepemudaan peduli kesehatan di lingkungan pemondokan dan pesantren dalam menebar semangat hidup sehat sebagai Penerima Apresiasi Satu Indonesia Awards (SIA).

“Kami penerima di tahun ke-10 di tahun 2019. GPS sendiri tahun kedua berdiri. Yang dinilai organisasinya, apakah ada potensi berkembang lebih baik lagi hingga tempat lain dan alhamdulillah dapat apresiasi luar biasa dari Astra,” ungkap Afifi, Founder dan Pembina GPS.

Saat itu, katanya, ada relawan GPS yang coba mendaftar. “Alhamdulillah setelah melalui seleksi ketat, GPS terpilih sebagai Penerima Apresiasi SIA 2019”.

“Kami tidak menduga dapat apresiasi pihak Astra. Kami berterima kasih sekali, sejak itu kami kami lebih semangat lagi dalam menyebar kebaikan. Dan kedepannya semakin lebih berkolaborasi lagi dengan Astra,” tuturnya.

Dampaknya, banyak mendapatkan kawan dan relawan yang ingin sharing dalam menyebar kesehatan di pondok pesantren.

“Kawan kita ada yang dari luar Jambi, sampai Kalimantan. Mereka ngajak sharing, nanti mereka lah yang eksekusi di daerahnya,” tukas Afifi.

Dirinya menceritakan awal mulanya lokasi pesantren menjadi tempat menyebar kesehatan. Ini bermula dari Afifi menjadi santri di pesantren di Palembang pada tahun 2004. Hingga akhirnya menjadi seorang dokter umum.

Saat itu, dia mendapat tugas di kawasan Tempino, Kabupaten Muarojambi, Jambi. Ternyata di Tempino banyak terdapat pesantren.

Karena cinta dengan pondok pesantren, dokter alumni Universitas Jambi (UNJA) tersebut mengadakan pengobatan disejumlah pesantren.

“Selama pengobatan banyak ditemukan penyakit gatal-gatal pada kulit. Diantaranya mereka tidurnya bareng dan satu kamar rame-rame. Jadi isu kesehatan, berbeda dengan yang kita tinggal di rumah,” ucapnya.

Menurutnya, selama ini penyakit kulit pada santri dianggap lumrah, tapi setelah melalui kegiatan ini penyakit kulit santri ini bukan dianggap biasa.

“Saat ini harus diobati secara serius, jangan sampai menjadi penyakit umum dan menjadi momok para santrinya. Apa lagi membuat para santri tidak mau masuk pesantren. Ini yang tidak kita inginkan,” tandas Afifi.

Dirinya berharap, GPS ini bisa jadi contoh bagi pesantren lainnya dan makin banyak lagi orang peduli terhadap kesehatan dan kualitas santri di pesantren.

“Kami juga berterima kasih banyak kepada pihak Astra, lantaran itu kami lebih semangat lagi. Dan terima kasih atas perhatiannya kepada kesehatan di pesantren”.

“Yang jelas kami merasa senang. Apa yang kita lakukan ini diperhatikan orang dan cukup berdampak bagi masyarakat luas,” pungkasnya.

Komentar