Oleh: Musri Nauli
Namun yang pasti, kebakaran 2019 justru berada di areal konsesi (baik HGU Sawit maupun di areal kawasan hutan). Bukan terjadi di areal yang telah dilakukan pemulihan gambut oleh negara (Baik BRG maupun dukungan pihak lain). Sehingga dipastikan terhadap upaya pemulihan yang telah dilakukan menampakkan hasil tidak terjadi lagi kebakaran 2019 di areal masyarakat.
Sedangkan tahun 2023, Dari data berbagai sumber, Menurut kata Plh Kepala BPBD Jambi, Dodi Chandra, Sabtu (12/8/2023), “Dari 1 Januari hingga 11 Agustus 2023 kemarin sudah 229,54 hektare lahan yang terbakar. Di mana, 214,41 hektar merupakan lahan mineral, sisanya 15,13 hektar merupakan lahan gambut.
Berikut Rincian luas lahan yang terbakar di Provinsi Jambi dari 1 Januari hingga 11 Agustus 2023. 1. Kabupaten Batanghari : 111,14 Ha. 2. Kabupaten Muaro Jambi 7,00 Ha. 3. Kabupaten Tebo 31,20 Ha. 4. Kabupaten Bungo 9,45 Ha. 5. Kabupaten Sarolangun 40,02 Ha. 6. Kabupaten Merangin 9,80 Ha. 7. Kabupaten Tanjung Jabung Timur: 4,80 Ha. 8. Kabupaten Tanjung Jabung Barat: 16,13 Ha.
Sedangkan Januari hingga akhir september 2023, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jambi, mencatat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) mencapai kurang lebih 550,33 hektare, di mana Kabupaten Batanghari memiliki luas lahan terbakar terbanyak. Plh Kepala BPBD Provinsi Jambi Dodi Chandra, di Jambi, Senin (2/10/2023), mengatakan luas lahan dan hutan yang terbakar sampai saat ini tercatat 550,33 ha.
Kawasan yang paling terbesar terjadi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) adalah Kabupaten Batanghari dengan luas 439,54 hektare, sementara yang paling sedikit terjadi di Kota Jambi dengan luas 4 hektare. Selain itu, ada dua daerah di Provinsi Jambi yang belum terjamah karhutla yaitu Kerinci dan Sungai Penuh.
Berikut rincian luas lahan yang terbakar di Provinsi Jambi yang tercatat di BPBD yakni di Kabupaten Batanghari (439,54 hektar), Muarojambi (46,47 hektare), Tebo (94,7 hektare), Bungo (30,6 hektare), Sarolangun (123,67 hektare), Merangin (23,8 hektare), Tanjung Jabung Timur (35,8 hektare), Tanjung Jabung Barat (51,75 hektare) dan Kota Jambi (empat hektare).
BPBD Provinsi Jambi juga mencatat total titik panas atau hotspot berdasarkan Satelit Aquare Terra dan Suomi NPP dari pada 1 Januari hingga 30 September 2023 mencapai 2.063 titik yang tersebar di Kabupaten Batanghari (242 titik), Bungo (80 titik), Kerinci (43 titik), Merangin (357 titik), Muaro Jambi (58 titik), Sarolangun (391 titik), Sungaipenuh (7 titik), Tanjung Barat Barat (517 titik), Tanjung Jabung Timur (39 titik), Tebo (376 titik ), dan Kota Jambi (dua titik).
Bahkan Hingga awal bulan Oktober Tahun 2023, luas kebakaran lahan mencapai 1.157 Hektare. Kemudian dari ribuan hektar kebakaran lahan ini telah dilakukan upaya penegakan hukum, dimana sebanyak 12 orang telah ditetapkan sebagai tersangka.
Sumber lain juga menyebutkan sampai 10 Oktober 2023, terdata 45 titik titik api (hotspot) di Provinsi Jambi. Terbanyak berada di Kabupaten Tebo 15 titik, disusul Kabupaten Batanghari 10 titik, Tanjungjabung Barat 10 titik, Merangin 4 titik, Sarolangun 4 titik, Bungo 2 titik.
Berdasarkan pengamatan Satelit Aqua Terra dan Suomi NPP, 1 Januari sampai 10 Oktober 2023, total terdapat 2.781 titik api (hotspot) di wilayah Provinsi Jambi. Rincinya: Batanghari 465 HS, Bungo 102 HS, Kerinci 72 HS, Merangin 415 HS, Muaro Jambi 62 HS, Sarolangun 506 HS, Sungaipenuh 13 HS, Tanjabbar 618 HS, Tanjabtim 43 HS, Tebo 468, HS, dan Kota Jambi 2 HS.
Bachyuni melaporkan, prakiraan tingkat kemudahan terbakar di lapisan atas permukaan tanah di Provinsi Jambi, pada 11 Oktober 2023 secara umum aman, kecuali di Kabupaten Muaro Jambi dan Tanjungjabung timur yang sangat mudah terbakar.
Upaya serius yang dilakukan Pemerintah Provinsi Jambi dengan berbagai instansi baik BPBD, Dinas Kehutanan Provinsi Jambi, Satgas Karhutla – TNI-Polri, Manggala Agni maupun MPA (Masyarakat peduli Api) dan BRGM sebagai respon aktif penanggulangan kebakaran maupun upaya preventif yang terus menerus mengantisipasi kebakaran menyebabkan Jambi relatif aman dari kebakaran.
Atau dengan kata lain berbagai upaya yang dilakukan baik dengan membangun sekat kanal, Sumur bor, revegetasi (penanaman kembali) dan membangun sumber-sumber ekonomi (Revitalisasi ekonomi) mampu memulihkan gambut sehingga tidak terbakar kembali. Sehingga upaya serius untuk menanggulangi kebakaran mampu dinikmati tahun ini.
Disisi lain, walaupun masih ada kebakaran disana-sini namun respon cepat dari berbagai pihak menyebabkan kebakaran tahun 2023 tidak mengulangi kebakaran tahun 2015 dan tahun 2019.
Tidak salah kemudian prestasi untuk menanggulangi cepat terhadap kebakaran 2023 harus diberikan kepada berbagai pihak.
Advokat. Tinggal di Jambi
Komentar