Oleh: Musri Nauli
Tiba-tiba posting 8 tahun yang lalu kembali masuk ke beranda Facebook. Kebakaran massif yang terjadi di Provinsi Jambi. Waktu ini Jambi dinyatakan Status siaga Darurat Hutan dan Lahan. Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, kebakaran di Jambi seluas 115.634 hektar pada 2015. Angka lain menyebutkan Area kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Jambi pada tahun 2015 diduga seluas 111.391 ha (BNPB, 2016).
Selama tiga bulan ditutupi asap. Hingga Oktober 2015, berdasarkan citra satelit, terdapat sebaran kebakaran 52.985 hektar di Sumatera dan 138.008 di Kalimantan. Total 191.993 hektar. Indeks mutu lingkungan hidup kemudian tinggal 27%. Instrumen untuk mengukur mutu lingkungan Hidup dilihat dari “daya dukung” dan “daya tampung”, Instrumen Hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat, penggunaan “scientific” dan pengetahuan local masyarakat memandang lingkungan hidup.
Kebakaran kemudian menyebabkan asap pekat. Menghasilkan emisi gas rumah kaca (GRK) terutama CO2, N2O, dan CH4 yang berkontribusi terhadap perubahan iklim. NASA memperkirakan 600 juta ton gas rumah kaca telah dilepas akibat kebakaran hutan di Indonesia tahun ini. Jumlah itu kurang lebih setara dengan emisi tahunan gas yang dilepas Jerman.
25,6 juta orang terpapar asap dan mengakibatkan 324.152 jiwa yang menderita ISPA dan pernafasan lain akibat asap. Indeks standar pencemaran udara (ISPU) melampaui batas berbahaya. Bahkan hingga enam kali lipat seperti yang terjadi di Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat. 12 orang anak-anak meninggal dunia akibat asap dari kebakaran hutan dan lahan. 4 balita di Kalteng, 3 orang di Jambi, 1 orang di Kalbar, 3 di Riau dan 1 orang di Sumsel.
Kelima daerah kemudian menyatakan “darurat asap” sehingga diperlukan upaya Negara untuk memadamkan api selama tiga bula lebih.
Berdasarkan data LAPAN periode Januari-September 2015 ada 16.334 titik api, 2014 ada 36.781. Adapun estimasi luas daerah terbakar di Indonesia ialah Sumatera seluas 832.999 hektar, yang terdiri dari 267.974 hektar lahan gambut dan 565.025 hektar non-gambut, kemudian Kalimantan dengan luas 806.817 hektar. Jumlah tersebut terdiri dari 319.386 hektar lahan gambut dan 487.431 hektar lahan non-gambut. Untuk Papua, lahan yang terbakar seluas 353.191 hektar. Luas tersebut terdiri dari 31.214 hektar lahan gambut dan 321.977 hektar lahan non-gambut, kemudian Sulawesi seluas 30.912 hektar yang merupakan lahan non-gambut. Bali dan Nusa Tenggara mencapai 30.162 hektar, yang terdiri dari lahan non-gambut. Selanjutnya, untuk Pulau Jawa, lahan yang terbakar seluas 18.768 hektar yang terdiri dari lahan non-gambut. Di Maluku, lahan terbakar mencapai 17.063 hektar, yang juga terdiri dari lahan non-gambut. Selain dari data yang diperoleh menggunakan satelit, hasil tersebut juga diperoleh dengan membandingkan data dari peta lahan gambut Kementerian Pertanian. Bandingkan data NASA FIRM 2015 ada 24.086 titik api, dan 2014 ada 2.014.
Kebakaran hutan dan lahan menyebabkan warga terserang ISPA. Di Jambi ada 20.471 orang, Kalteng 15.138, Sumsel 28.000, dan Kalbar 10.010 orang.
Kebakaran kembali berulang. KLHK menyebutkan Kebakaran hutan dan lahan di Jambi seluas 115.634,34 hektare pada 2015, tahun 2016 terbakar seluas 8.281,25 hektare. Tahun 2017 kembali membara seluas 109,17 hektare. Tahun 2018 terbakar 1.577,75 hektare. Dan semakin massif tahun 2019 seluas 56.593 hektare, Dan seluas 950 hektare pada tahun 2020 (Data Sipongi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
Upaya untuk menangkal (upaya pencegahan dan sekaligus penanggulangan) terus dilakukan. Badan Restorasi Gambut (kemudian menjadi Badan Restorasi Gambut dan Mangrove) melakukan upaya pemulihan gambut. Baik dengan membangun sekat kanal, revegetasi (penanaman kembali) dan Sumur bor. Menurut data BRG (2017-2020) dan BRGM (2021-2023) telah dibangun sekat kanal sejumlah 821 sekat kanal oleh 105 Kelompok masyarakat (Pokmas) yang terletak di 76 Desa. Sedangkan Sumur bor telah dibangun sebanyak 801 oleh 34 Pokmas yang terletak di 19 Desa. Sedangkan revegetasi (R2) telah dilakukan oleh 9 Pokmas yang terletak di 6 Desa dengan capaian 325 ha. Selain itu upaya revitalisasi ekonomi telah dilakukan sebanyak 165 di 44 Desa.
Sistem pengerjaan ini baik dilaksanakan oleh BRG (kemudian BRGM) maupun Tugas Perbantuan melalui Dinas Kehutanan Provinsi Jambi.
Didalam Laporannya, sampai tahun 2022, Dinas kehutanan berhasil membangun Sekat kanal 624 unit, sumur bor 496 unit. Revegetasi 125 ha dan revitalisasi 72 kelompok. Bahkan tahun 2023, melalui Tugas Perbantuan, Dinas Kehutanan membangun sekat kanal sejumlah 56 unit, revegetasi 25 ha dan revitalisasi 10 kelompok.
Sehingga upaya pembasahan gambut (R1), revegetasi (R2) dan revitalisasi ekonomi (R3) mampu bergandengan tangan didalam upaya memulihkan sekaligus mencegah kebakaran 2019 dan 2023.
Dengan dibangunnya sekat kanal, revegetasi dan Sumur bor yang telah dibangun oleh BRG (BRGM) dan dukungan berbagai pihak kemudian menyebabkan kebakaran di lahan gambut menurun drastis.
Walaupun kebakaran berulang tahun 2019, namun dipastikan kebakaran bukan terjadi di areal masyarakat. Yang terjadi justru kebakaran di areal konsesi (baik HGU Sawit maupun di areal kawasan hutan). Data lain menunjukkan kebakaran di Jambi sekitar 165.186,58 hektar, 114.000 hektar adalah gambut.
Advokat. Tinggal di Jambi
Komentar