JAMBI.PILARDAERAH.COM – Kemacetan parah terus terjadi di sejumlah titik jalan di Jambi. Dewan Provinsi, minta IWO suarakan masalah kemacetan angkutan batubara.
Ruwetnya lalu lintas di Provinsi Jambi belakangan ini jadi perhatian nasional. Dari jarak tempuh 4-5 jam molor menjadi 12 jam, juga kematian sopir angkutan batubara yang terjebak macet.
Ada 2 sopir dan 1 pasien yang meninggal dunia saat terjebak kemacetan parah itu.
Belakangan, warga memblokir akses pelabuhan akibat kerusakan jalan di Talang Duku, Muaro Jambi
Situasi ini, membuat anggota DPRD Provinsi Jambi, Izhar Majid angkat bicara. Katanya, masalah ini tidak boleh berlarut-larut.
“Yang menikmati hanya segilintir. Tapi yang bermasalah ini, semua orang Jambi,” katanya, Kamis (15/9/2022)
Oleh karena itu, ia meminta berbagai elemen untuk menyuarakan permasalahan ini. Dari mahasiswa, aktivis, LSM dan wartawan agar menyuarakan hal itu.
“Harapan kami dengan orang wartawan dan IWO sekalipun bantu meyuarakan untuk menyelesaikan masalah ini. Pertama masalah plat dari luar,” katanya.
Menurutnya, plat luar agar segera mutasi ke Jambi dan menjadi sumber pendapatan daerah. Kemudian, Ia menyoroti angkutan mati pajak dan menggunakan plat palsu, atau juga bodong.
“Banyak yang bodong dan yang kedua Pajak harus hidup,” ucapnya.
Dengan pendapatan hingga Rp3 juta per trip, sambung Izhar Majid yang akrab dengan sapaan Montok, maka banyak yang tertarik untuk berinvestasi.
“Mereka akan membeli mobil, kredit mobil. Jika ini tidak ditertibkan, dalam waktu ini penuh jalan-jalan dengan angkutan itu saja,” urainya.
Akibatnya, akses jalan semakin padat dan semakin sulit untuk dilalui. Izhar Majid merujuk hal itu dari angkutan batubara yang terus meningkat.
Dari informasi yang Ia dapat, angkutan batubara ini berkisar 10.000, meningkat tajam dari 7000 unit. Tingginya harga batubara saat ini, menjadi pemicu lainnya.
Kemudian, dampak ekonomi juga jadi sorotan akibat kemacetan tersebut. Akses jalan yang sulit itu, bakal berdampak pada transportasi, rumah sakit, hotel dan tentunya sektor perdagangan.
“Banyak yang sakit dari pada yang senang. Ini berpengaruh juga sama bandara. Bandara Sultan Thaha. Sekarang mereka mau ke Jakarta menggunakan pesawat terbang untuk Sarolangun, Jambi, Merangin dan Bungo harus lewat Linggau,” kata Izhar Majid
“Karena mereka mau ke Jambi, ketemu jalan macet. Biasanya ke Jambi itu 4-5 jam, sekarang ini bisa sampai 15 jam,” katanya.
Kemudian soal jumlah angkutan batubara yang terus meningkat, dari 7000 unit, kini kabarnya 10.000 bahkan lebih, juga jadi sorotan.
Kata Izhar Majid, pihak terkait yakni Samsat dan Dispenda harus bergerak cepat hal itu. Konon, dengan jumlah ribuan angkutan, hanya 30 persen yang terdata.
Masih banyak yang tak memiliki plat, atau bahkan pajak yang mati. “Pihak terkait, segera tertibkan,” katanya.
Jika menjadi sumber pendapatan daerah, jumlah ribuan armada batubara itu berpotensi besar.
“Saya minta tolong jangan ada lagi plat mobil yang dari luar maupun plat baru,” tegas politisi Partai Hanura.
Untuk penertiban, Montok menyarankan kepolisian menerapkan aturan genap dan ganjil. Dengan begitu, armada tidak tumpah ruah di jalanan.
“Kita buat nanti ada semacam di Jakarta itu Genap dan Ganjil, misalnya hari ini genap besoknya Ganjil,” jelasnya
Selain kemacetan, menambah biaya perjalanan, kondisi ini juga mempengaruhi roda ekonomi.
Jika terus berlarut, putaran uang dan dampak inflasi terbuka lebar di Provinsi Jambi. Mulai dari sektor transportasi, wisata dan perdagangan akan goyang.
“Ini salah satu dampak inflasi, siapa yang ingin belanja di Jambi sekarang, pasti mereka melewati Padang karena tidak mau terkena macet oleh Batubara,” ujarnya.
“Saya minta kepada IWO Ikatan Wartawan Online untuk membantu meyuarakan tentang permasalah Batubara ini,” pungkasnya.
Izhar Majid salah satu wakil rakyat yang dekat dengan IWO khususnya PD IWO Merangin. Selain hadir dalam pelantikan, Montok sapaan akrabnya ikut mendampingi Bendahara Umum PP IWO berkunjung ke Geopark Merangin.
(rozi)
Komentar